Keluarga broken home, latar belakang aksi Rangga bunuh diri

image

Sebagaimana berita yang tersebar berita bahwa seorang siswa SMP Global Islamic School Condet, Rangga Arman Kusuma (16) ditemukan tewas gantung diri di rumahnya di Jalan Pancoran Timur VIII RT 07/07 Nomor 7 Kelurahan Pancoran, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan pada hari  Rabu, 14 Januari 2015. Awalnya diduga pengaruh komik manga jepang namun akhirnya diketahui karena tekanan batin akibat keluarganya yang broken home.


Rangga yang akrab di panggil Aga  ini bunuh diri dengan cara menggantung di lemari dirumahnya. Bunuh diri ini sangat terencana yang terekam dalam catatan gadget nya. Selain itu sehari sebelum melakukan bunuh diri Aga juga berpuasa.
Nah berawal dari kasus ini terdapat catatan menarik yang ditulis oleh seorang Ibu Dian Fitriana akan pentingnya kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Tulisan yang dimuat dilaman facebook tanggal 17 januari 2015 ini layak direnungkan siapapun terutam Ayah dan Bunda.

Cekidot :

Yang lagi jadi trending topic di Jakarta.

Rasanya saya ingin peluk anak ini…

Aga atau Rangga, kls 2 SMP Global Islamic School, bunuh diri menggantung di lemari baju kamarnya.
Korban broken home, ayah ibunya berpisah, dan masing-masing sudah menikah lagi.

Ayahnya di Jakarta tapi sudah berkeluarga lagi. Berkali-kali berjanji ketemuan dengan Aga, tapi ditungguin oleh si anak ternyata jarang datang.

Ibunya sejak menikah tinggal di Surabaya dengan keluarga barunya, meninggalkan Aga kecil dengan nenek dan tante-nya.

Anak ini depresi, merasa ayah ibunya nggak mencintainya lagi.

Copas cerita tentang Aga:
Anak ini ternyata sudah merencanakan kematiannya, karena merasa ibu dan ayahnya sudah tidak mencintainya.

Jadi, dia ingin kembali kepada pencipta Nya yang pasti lebih mencintainya.
Dia bahkan sudah memberikan mainan2 kesukaaannya kepada teman-temannya. Pada hari minggu dia trial kekuatan lemari dan memperkuat lemari supaya kuat mengantung tubuhnya.

Sejak minggu dia puasa, supaya ketika ia menggantung diri tidak keluar kotoran. Detail perencanaan ia tulis dalam smartphone-nya. Dan dia melaksanakannya pada hari selasa pagi tgl 13 Januari.

Sebenarnya tanda tanda si anak depresi sudah terlihat, tetapi orang tua, nenek dan tantenya tak menghiraukannya.

5 tahun sebelumnya, ketika orang tuanya bercerai sudah diperingatkan bahwa si anak sangat depresi dan cenderung suicidal.

Bayangkan, untuk menggantung dalam lemari, maka dia harus menekuk kakinya.
Bayangkan, di butuhkan waktu 1 menit sambil nafasnya tercekik dia harus terus menekuk kakinya.
Dibutuhkan konsentrasi dan niat yang kuat luar biasa untuk itu…. karena depresi.

Masya Allah..

****
Aga, adalah contoh anak yang berjiwa kosong, haus kasih sayang orang tuanya. Secara materi berkecukupan, sekolah di sekolah elite, pandai secara intelektual, berkomunikasi dengan ibunya memakai bahasa inggris…

Ternyata…. Nun jauh di lubuk hatinya, ia rindu belaian kasih sayang ayah ibunya. Rindu bercengkerama bersama seluruh keluarganya. Rindu bermain dan bermanja-manja bersama sosok yang telah melahirkannya…

Keluarga, adalah benteng yang tangguh bagi perkembangan jiwa anak-anak kita. Tempat yang paling nyaman untuk pulang.
Seruwet dan sepelik apapun permasalahan yang kita miliki, keluarga tetaplah tempat berteduh yang paling indah bagi jiwa dan hati kita.

Jangan sampai anak-anak kita bernasib seperti Aga.
Jangan lewatkan waktu yang hanya sebentar bersama mereka, karena usia mereka terus bertumbuh…
Jadikan masa kecil-nya bersama kita, menjadi kenangan terindah yang akan terus mereka kenang sepanjang usianya.

Kisah pilu diatas menjadi contoh yang sangat berharga bagi siapapun orangtua, baik keluarga utuh maupun tidak.

Saya yakin kedua orangtua Aga pun sangat tidak menghendaki ini terjadi. Kita yang hanya membaca kisahnya saja berderai-derai air mata, apalagi mereka. Semoga Allah سبحانه وتعالى memberikan hikmah yg terbaik dari peristiwa ini, baik untuk orangtua Aga maupun kita semua yg menyaksikannya.

Semoga kau tenang disana ya Aga sayang, bermain bersama Penciptamu yg senantiasa mencintaimu.

*Dari seorang ibu yang terus berusaha belajar menjadi ibu yang baik buat anak-anaknya..

Kita berharap dari kejadian Aga ini tidak muncul anak-anak yang jiwanya kosong dari belaian kasih sayang orang tua. Dan perlunya memperkuat ketahanan keluarga sehingga akan tumbuh generasi generasi prestatif darinya. Amin

Maturnuwun

Baca juga :

✌ diposting dari BlackBerry Z3tia1heri ^_^

19 thoughts on “Keluarga broken home, latar belakang aksi Rangga bunuh diri

    • Pengalaman pribadi saya: Keluarga morat-marit, tp ortu ga cerai, jadi udh puluhan taun tiap hari lihat ortu ribut saling caci, bahkan dlm urusan ibadah sekalipun…. efeknya, jadilah anak yg tuna-rasa (gampangnya, Anti sosial), cenderung suicidal juga, psikopat, paranoid, temperamen, sifat pendendam, ada rasa takut membina hubungan dg lawan jenis ….. dampak positifnya, terasah rasa empati, lbh detail dlm mensikapi suatu peristiwa-jadinya lbh bijak, sering larut dalam topik2 filsafat (karena saya bkan tipikal org nakal, dan kebetulan Tuhan ngasih saya intelektual lebih)

      Cerai itu hal yg dibenci oleh Tuhan (menurut Islam) tapi tdk dilarang …. klo ada yg bilang perceraian menimbulkan dampak, namun tdk bercerai juga bukan berarti bebas masalah ….. namun efeknya selalu sama, ada luka dlm diri sang anak yg mngkin susah sembuh, sang anak bisa bangkit tp bukan berarti lupa

      Like

  1. efeknya tingkat depresi dan stress yang sangat tinggi… orang tuanya juga keterlaluan jarang liat anaknya, sibuk dengan keluarga baru… apakah orangtua kandungnya merasa kehilangan..? ane pikir tidak terlalu… toh sudah terbiasa…

    Like

      • Pengalaman pribadi saya: Keluarga morat-marit, tp ortu ga cerai, jadi udh puluhan taun tiap hari lihat ortu ribut saling caci, bahkan dlm urusan ibadah sekalipun…. efeknya, jadilah anak yg tuna-rasa (gampangnya, Anti sosial), cenderung suicidal juga, psikopat, paranoid, temperamen, sifat pendendam, ada rasa takut membina hubungan dg lawan jenis ….. dampak positifnya, terasah rasa empati, lbh detail dlm mensikapi suatu peristiwa-jadinya lbh bijak, sering larut dalam topik2 filsafat (karena saya bkan tipikal org nakal, dan kebetulan Tuhan ngasih saya intelektual lebih)

        Cerai itu hal yg dibenci oleh Tuhan (menurut Islam) tapi tdk dilarang …. klo ada yg bilang perceraian menimbulkan dampak, namun tdk bercerai juga bukan berarti bebas masalah ….. namun efeknya selalu sama, ada luka dlm diri sang anak yg mngkin susah sembuh, sang anak bisa bangkit tp bukan berarti lupa.

        Like

Dipersilahkan berkomentar (^-^)! , Ngapunten kalau gak sempat membalas :-D